“Kalau diem aja, rasanya kayak ada yang salah…”
Kalimat ini mungkin akrab di kepala banyak orang. Diam tak selalu tenang. Bahkan bagi sebagian orang, diam justru memicu cemas. Maka muncullah satu solusi yang sering dilakukan diam-diam: menyibukkan diri—meski kadang pura-pura.
Sibuk Jadi Bentuk Pelarian
Di era serba cepat ini, banyak orang lebih memilih sibuk daripada menghadapi kekosongan. Kita kerja terus, scroll terus, ikut rapat, bahkan ngambil kerjaan tambahan padahal badan sudah lelah. Kenapa?
Menurut psikolog klinis Ratih Ibrahim, banyak orang menjadikan kesibukan sebagai “tameng emosional”. Ketika seseorang merasa takut sendiri, takut gagal, atau takut menghadapi realitas hidup, dia akan cenderung “bersembunyi” di balik aktivitas.
Tanda-Tanda Kita Sedang “Pura-Pura Sibuk”
Merasa bersalah saat istirahat
Mengisi waktu dengan hal-hal yang sebenarnya nggak penting
Panik saat tidak ada kegiatan
Ngerasa “kosong” kalau HP mati atau sinyal hilang
Susah menikmati waktu luang tanpa mikir kerjaan
Kalau kamu pernah mengalami satu atau dua hal di atas, bisa jadi kamu juga sedang “kabur” lewat kesibukan.
Dampaknya ke Kesehatan Mental
Terlalu sibuk (apalagi pura-pura sibuk) justru bisa menimbulkan efek samping psikologis:
Burnout: tubuh capek, hati kosong
Overthinking semakin menjadi karena tidak pernah benar-benar dihadapi
Kehilangan arah karena semua aktivitas hanya jadi pelarian, bukan tujuan
Merasa tidak pernah cukup meskipun sudah capek banget
Sibuk boleh. Tapi kalau kesibukan hanya jadi topeng dari kecemasan yang belum selesai, lama-lama yang rusak bukan cuma waktu tapi juga diri sendiri.
Mulai Berani Diam
Diam bukan berarti malas. Diam bisa jadi ruang bagi kita untuk mengenal diri sendiri.
Beberapa langkah kecil yang bisa dicoba:
1. Luangkan 10 menit sehari tanpa gadget
2. Tulis isi pikiran tanpa sensor di jurnal
3. Latihan bernapas pelan-pelan
4. Belajar mengatakan “tidak” pada aktivitas yang hanya untuk pencitraan
5. Sadari bahwa tidak semua waktu harus diisi
Kesimpulan
Kita hidup di dunia yang sering memuji kesibukan dan memandang rendah diam.
Padahal, dalam diam, kita bisa menemukan makna, bukan cuma target.
Jadi, sebelum nambah kesibukan baru, coba tanya diri sendiri:
Aku benar-benar ingin ini, atau cuma sedang menghindar dari hal yang belum selesai?
Daftar Pustaka
Ibrahim, R. (2020). Mengelola Emosi di Tengah Kesibukan. Webinar Psikologi UI.
Kompas.com. (2022). Burnout: Ketika Sibuk Justru Membuat Kosong.
Tirto.id. (2023). Fenomena Toxic Productivity dan Kesehatan Mental.