Di tengah hari-hari yang melelahkan, pernahkah kamu merasa… satu-satunya hal yang bisa bikin kamu tenang cuma satu: makan?
Entah itu gorengan hangat, semangkuk bakso, atau es krim favorit—makan bisa terasa seperti pelukan yang nggak bisa diberikan siapa-siapa. Tapi… benarkah makan bisa jadi bentuk healing?
Makan Lebih dari Sekadar Nutrisi
Makan bukan cuma soal mengisi perut. Ia membawa kenangan, rasa aman, dan kenyamanan. Rasa hangat nasi di piring bisa jadi mengingatkan pada rumah. Rasa manis cokelat mungkin mengembalikan memori bahagia yang sudah lama hilang.
Psikologi menyebut ini sebagai emotional eating—saat kita makan bukan karena lapar, tapi karena butuh pengalihan, pelipur lara, atau bahkan peneguhan bahwa kita masih "berhak merasa enak".
Makan Bisa Menenangkan Otak
Menurut penelitian dari Harvard Medical School, aktivitas makan—khususnya makanan yang disukai—dapat memicu pelepasan dopamin, hormon bahagia yang juga aktif saat kita mendengar musik favorit atau dipeluk orang tercinta.
Maka nggak heran, sepiring mie instan di malam hujan bisa terasa seperti penyelamat hidup.
Tapi, Healing Bukan Berarti Melarikan Diri
Masalahnya, makan bisa berubah jadi pelarian. Kita bukan lagi menikmati makanan, tapi menggunakannya untuk menghindari rasa tidak nyaman. Makan jadi bentuk "numb" atas stres, kecewa, atau kesepian. Inilah yang kadang membuat healing berubah jadi overeating.
Yang penting adalah: sadar. Sadari kenapa kita makan. Apakah karena lapar? Atau karena hati sedang kosong?
Makan Sebagai Ritual Merawat Diri
Jika dilakukan dengan sadar dan utuh, makan bisa jadi ritual self-care. Duduk tenang, menikmati aroma, mengunyah perlahan—itu semua adalah bentuk mindfulness yang menenangkan.
Coba sesekali makan tanpa sambil scroll HP. Rasakan tekstur, suhu, dan rasa. Tiba-tiba, kita sadar: hidup ternyata masih bisa dinikmati lewat hal sederhana.
Kesimpulan
Makan bisa jadi healing. Tapi healing bukan tentang kabur dari rasa, melainkan menemani rasa itu dengan penuh kesadaran. Jadi, nikmatilah makananmu hari ini. Bukan karena kamu ingin lari dari hidup, tapi karena kamu memilih mencintai dirimu sendiri, satu suapan demi satu suapan.
Daftar Pustaka:
Harvard Health Publishing. (2020). Why comfort food comforts.
Widyastuti, N. (2021). Emotional Eating di Kalangan Remaja: Studi Psikologi Sosial. Jurnal Psikologi Nusantara.
Yuliani, T. (2023). Mindful Eating: Konsep dan Manfaatnya untuk Kesehatan Mental. Jurnal Gizi dan Kesehatan Jiwa.