Kadang Kita Butuh Healing, Bukan Karena Lelah Fisik, Tapi Lelah Jadi Kuat Terus

Dalam hidup, banyak dari kita diajarkan untuk terus kuat. Untuk tetap tersenyum walau sedang runtuh di dalam. Untuk bilang "nggak apa-apa" padahal rasanya ingin berhenti sejenak dari semuanya.

Padahal, kekuatan bukan berarti memaksa diri terus berjalan tanpa henti. Kekuatan yang sehat juga tahu kapan harus istirahat. Kapan harus mengakui bahwa kita sedang lelah. Bukan lelah badan—tapi lelah menjadi kuat terus.

Kelelahan Emosional Itu Nyata

Psikolog menyebut ini sebagai emotional exhaustion, kelelahan mental yang muncul akibat tekanan terus-menerus. Bisa karena tuntutan kerja, masalah keluarga, ekspektasi sosial, atau bahkan luka masa lalu yang belum selesai.

Kelelahan ini sering kali tidak terlihat. Tidak ada demam atau luka fisik. Tapi gejalanya bisa datang dalam bentuk:

Sulit bangun pagi padahal sudah tidur cukup

Tidak semangat melakukan hal-hal yang dulu menyenangkan

Mudah marah atau sedih tanpa sebab

Merasa kosong, padahal hari-hari tetap berjalan

Healing Itu Bukan Tren, Tapi Kebutuhan

Kata "healing" sering dianggap sebagai gaya hidup semata. Tapi sebenarnya, healing adalah proses pemulihan. Bukan hanya tentang liburan ke tempat jauh, tapi juga bisa lewat hal-hal kecil:

Duduk diam di kamar tanpa gangguan

Menulis jurnal untuk menumpahkan isi hati

Mendengarkan lagu yang menyentuh perasaan

Mengobrol dengan orang yang bisa dipercaya

Menangis tanpa harus merasa lemah

Kita Perlu Berhenti Menjadi Mesin

Hidup tidak selalu harus produktif. Tidak apa-apa jika hari ini tidak semangat. Tidak salah jika sesekali kita ingin mematikan ponsel dan menjauh dari dunia. Itu bukan kemunduran—itu pemeliharaan diri.

Istirahat bukan berarti menyerah. Healing bukan berarti lari. Kadang, berhenti sejenak justru membuat kita bisa melangkah lebih baik nanti.

Penutup

Jadi jika kamu merasa lelah—bukan karena pekerjaan, tapi karena berpura-pura baik-baik saja terus—mungkin itu tanda bahwa kamu butuh jeda. Bukan untuk melemah, tapi untuk kembali kuat dengan cara yang lebih sehat.

Karena menjadi manusia bukan soal kuat tanpa jeda. Tapi soal tahu kapan berhenti, dan berani memberi ruang untuk sembuh.

Daftar Pustaka

Andri, S. P. (2021). Manajemen Stres dan Kesehatan Mental. Jakarta: Prenada Media.

Damayanti, R. (2022). "Healing: Bukan Sekadar Tren, Tapi Kebutuhan Emosional". Kompasiana.

Hapsari, L. (2020). Mengelola Emosi dan Burnout di Tengah Tekanan Hidup. Yogyakarta: Deepublish.

Kementerian Kesehatan RI. (2022). "Pentingnya Kesehatan Mental dan Dukungan Psikososial di Masa Pemulihan".

Pratiwi, A. (2023). “Fenomena Healing Sebagai Strategi Koping di Kalangan Remaja”. Jurnal Psikologi Indonesia, 12(1), 45–53.

Rahayu, D. A. (2021). "Mengapa Kita Perlu Rehat? Psikologi di Balik Kebutuhan Healing".

Post a Comment

0 Comments
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.