Dalam dunia pendidikan, sastra tidak hanya dianggap sebagai pelengkap pelajaran bahasa, melainkan sebagai sarana penting untuk membentuk cara berpikir kritis, kepekaan emosional, dan pemahaman budaya. Kurikulum Merdeka yang diterapkan di Indonesia memberikan ruang lebih luas bagi pembelajaran sastra dengan menekankan kebebasan, kreativitas, dan relevansi dengan kehidupan nyata siswa.
Melalui sastra, siswa tidak hanya belajar membaca dan menulis, tetapi juga berlatih menyimak, berbicara, serta mengekspresikan gagasan secara lebih utuh. Cerita pendek, puisi, novel, hingga drama menjadi media pembelajaran yang bisa melatih imajinasi sekaligus empati terhadap berbagai situasi kehidupan.
Kurikulum Merdeka dan Pendekatan Holistik
Kurikulum Merdeka menekankan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Artinya, guru tidak lagi hanya berperan sebagai pemberi materi, tetapi juga sebagai fasilitator yang membantu siswa menemukan potensi terbaik mereka. Dalam konteks sastra, hal ini berarti siswa didorong untuk tidak sekadar memahami teks, tetapi juga menginterpretasikan, mengkritisi, dan bahkan menciptakan karya sastra mereka sendiri.
Pendekatan ini selaras dengan kebutuhan abad 21 yang menuntut keterampilan berpikir kritis, kreativitas, kolaborasi, dan komunikasi. Dengan demikian, pembelajaran sastra bukan lagi sebatas menghafal teori, melainkan pengalaman hidup yang membentuk keterampilan menyeluruh.
Manfaat Sastra dalam Kurikulum Merdeka
Ada sejumlah manfaat nyata dari pembelajaran sastra yang diintegrasikan ke dalam Kurikulum Merdeka:
-
Meningkatkan literasi
Sastra mendorong siswa untuk terbiasa membaca dengan teliti dan memahami makna mendalam di balik teks. -
Mengembangkan keterampilan bahasa
Melalui karya sastra, siswa belajar memperkaya kosakata, memahami struktur bahasa, dan mengasah kemampuan menulis yang lebih ekspresif. -
Menumbuhkan empati
Membaca kisah dari berbagai sudut pandang membantu siswa memahami perasaan orang lain dan menghargai keragaman pengalaman manusia. -
Membangun karakter
Banyak karya sastra sarat nilai moral dan kemanusiaan yang relevan untuk membentuk kepribadian yang jujur, disiplin, dan penuh rasa tanggung jawab. -
Mengasah daya imajinasi
Imajinasi yang berkembang melalui sastra akan bermanfaat dalam menciptakan solusi kreatif di berbagai bidang kehidupan.
Sastra dalam Pembelajaran Berbasis Proyek
Salah satu ciri khas Kurikulum Merdeka adalah pembelajaran berbasis proyek (project-based learning). Sastra dapat dijadikan bahan utama dalam proyek-proyek kreatif, misalnya:
-
Pementasan drama berdasarkan naskah klasik atau modern.
-
Antologi puisi karya siswa yang bisa diterbitkan dalam bentuk buku digital.
-
Diskusi sastra yang melatih kemampuan berpendapat dan berpikir kritis.
-
Proyek resensi buku untuk meningkatkan budaya membaca sekaligus melatih menulis argumentatif.
Dengan pendekatan proyek, siswa tidak hanya belajar teori sastra, tetapi juga mengaplikasikan dan merasakan manfaatnya dalam kehidupan nyata.
Tantangan Implementasi Sastra dalam Kurikulum Merdeka
Meski memiliki potensi besar, penerapan sastra dalam Kurikulum Merdeka juga menghadapi sejumlah tantangan.
-
Minat baca yang rendah masih menjadi masalah di kalangan pelajar, sehingga guru perlu mencari cara kreatif untuk membangkitkan ketertarikan siswa terhadap sastra.
-
Keterbatasan referensi atau buku bacaan sastra di beberapa sekolah membuat akses siswa terhadap karya sastra berkualitas masih terbatas.
-
Peran guru sangat menentukan. Tidak semua guru memiliki latar belakang atau pelatihan yang cukup untuk mengintegrasikan sastra dengan metode pembelajaran yang inovatif.
Menghadapi tantangan ini diperlukan dukungan dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, penerbit, komunitas literasi, dan keluarga.
Strategi Mengoptimalkan Pembelajaran Sastra
Untuk memastikan sastra memberikan dampak positif yang maksimal dalam Kurikulum Merdeka, beberapa strategi berikut bisa diterapkan:
-
Penyediaan bahan bacaan yang variatif
Sekolah perlu memperkaya koleksi buku sastra, baik karya klasik maupun modern, agar siswa memiliki pilihan yang beragam. -
Metode pembelajaran kreatif
Guru dapat menggunakan media film, musik, atau platform digital untuk membuat pembelajaran sastra lebih menarik. -
Kolaborasi dengan komunitas literasi
Mengundang penulis, penyair, atau pegiat literasi ke sekolah dapat memberi inspirasi langsung bagi siswa. -
Penggunaan teknologi
Platform e-book dan aplikasi literasi dapat membantu siswa mengakses karya sastra dengan lebih mudah. -
Mendorong produksi karya siswa
Hasil tulisan atau karya kreatif siswa perlu diapresiasi dengan cara dipublikasikan, baik secara digital maupun cetak.
Disclaimer: Artikel ini ditulis untuk tujuan edukasi umum, bukan pengganti arahan resmi dari lembaga pendidikan atau pemerintah.


0 Comments