Spesial Hari Radio Nasional, Museum BPK RI Pamerkan 80 Koleksi Radio dari Masa ke Masa


Hari Radio Nasional yang diperingati setiap 11 September menjadi momen penting bagi bangsa Indonesia untuk mengenang peran besar radio dalam perjalanan sejarah dan kehidupan masyarakat. Tahun ini, Museum BPK RI ikut merayakannya dengan cara yang istimewa, yakni menggelar pameran bertajuk “Radio dari Masa ke Masa” yang menampilkan 80 koleksi radio langka. Pameran ini berhasil menarik perhatian banyak pengunjung, mulai dari peneliti sejarah, pelajar, hingga masyarakat umum yang ingin mengenang nostalgia mendengarkan siaran radio.

Radio sebagai Media Komunikasi Sejarah

Sejak pertama kali hadir di Indonesia pada tahun 1920-an, radio telah menjadi salah satu media komunikasi paling berpengaruh. Radio bukan hanya sekadar alat hiburan, tetapi juga sarana penyebaran informasi penting, termasuk ketika bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945. Berita proklamasi tersebut disebarkan melalui siaran radio, menjadikan perangkat ini sebagai bagian tak terpisahkan dari sejarah bangsa.

Melalui pameran ini, Museum BPK RI ingin mengajak generasi muda untuk memahami bagaimana radio dulu memainkan peran besar dalam pendidikan, hiburan, hingga penyebaran berita nasional. Dari radio berbentuk kayu klasik dengan tabung besar hingga perangkat transistor modern, semua koleksi dipajang dengan detail sejarahnya.

Koleksi Radio Langka yang Dipamerkan

Sebanyak 80 unit radio dari berbagai era ditampilkan dalam pameran. Beberapa koleksi ikonik antara lain radio Philips buatan Belanda tahun 1930-an, radio tabung Jerman yang dikenal tahan lama, hingga radio transistor Jepang yang populer pada tahun 1970-an. Setiap radio dipajang lengkap dengan keterangan sejarah, tahun produksi, serta konteks penggunaannya pada masanya.

Salah satu koleksi menarik adalah radio yang pernah digunakan dalam ruang kerja pejabat BPK RI pada masa awal berdirinya lembaga tersebut. Radio ini tidak hanya berfungsi sebagai perangkat komunikasi, tetapi juga menjadi simbol modernisasi teknologi pada zamannya.

Menarik Minat Generasi Muda

Dalam era digital saat ini, radio memang bersaing dengan televisi, internet, dan platform streaming. Namun, pesona radio tidak pernah benar-benar hilang. Bagi generasi yang tumbuh bersama media digital, melihat bentuk asli radio klasik memberikan pengalaman berbeda. Pengunjung muda banyak yang kagum dengan desain elegan dan ukuran besar radio era 1950-an yang jauh berbeda dengan perangkat elektronik modern.

Museum BPK RI juga menghadirkan ruang interaktif di mana pengunjung bisa mencoba menyalakan radio kuno yang masih berfungsi. Suara khas dari gelombang AM dan FM yang berdesis menjadi pengalaman unik yang sulit ditemui di era gawai canggih saat ini.

Pentingnya Melestarikan Sejarah Radio

Pameran “Radio dari Masa ke Masa” bukan hanya soal nostalgia, tetapi juga menjadi pengingat bahwa media radio pernah menjadi tulang punggung komunikasi bangsa. Dengan koleksi yang terawat baik, Museum BPK RI memberikan ruang edukasi bagi masyarakat untuk mengenal perjalanan teknologi komunikasi di Indonesia.

Upaya melestarikan koleksi radio ini sejalan dengan misi museum sebagai pusat informasi dan edukasi publik. Bagi para peneliti maupun pecinta sejarah, pameran ini menjadi sumber inspirasi dan pengetahuan. Sementara bagi masyarakat umum, pameran ini membuka kesadaran bahwa kemajuan teknologi saat ini berakar dari perjalanan panjang inovasi masa lalu.

Penutup

Peringatan Hari Radio Nasional di Museum BPK RI dengan pameran 80 koleksi radio menjadi bukti bahwa media radio masih memiliki tempat istimewa dalam sejarah bangsa. Koleksi yang ditampilkan tidak hanya membawa nostalgia, tetapi juga memberi edukasi penting tentang peran radio dari masa ke masa. Dengan adanya kegiatan ini, diharapkan generasi muda semakin menghargai perjalanan sejarah komunikasi di Indonesia.

Jangan lupa bagikan artikel ini agar lebih banyak orang mengetahui keunikan koleksi radio yang dipamerkan di Museum BPK RI.

Disclaimer: Artikel ini hanya bertujuan sebagai informasi dan edukasi.

0 Comments