Pernah ngalamin begini?
Baru selesai makan, lewat depan tukang gorengan—eh beli.
Scroll online shop tengah malam, tiba-tiba checkout snack yang bahkan nggak kamu suka-suka amat.
Itu bukan lapar beneran. Itu namanya lapar mata.
Tapi… tahu nggak, menurut ilmu psikologi dan neurosains, lapar mata bisa lebih kuat dan lebih berbahaya dari lapar perut. Kok bisa?
Apa Itu Lapar Mata?
Secara sederhana, lapar mata adalah keinginan untuk makan (atau membeli makanan) berdasarkan visual atau emosi, bukan karena tubuh benar-benar butuh asupan.
Menurut penelitian dari Harvard Health Publishing, otak kita bisa tertipu oleh gambar makanan, iklan, atau aroma yang menggoda, hingga menghasilkan impuls makan walau lambung sebenarnya masih penuh.
Ini Bukti Sainsnya
1. Otak Lebih Responsif ke Gambar Makanan daripada Rasa Lapar
Penelitian dari University of Southern California menemukan bahwa paparan gambar makanan (seperti di Instagram atau iklan) lebih cepat memicu aktivitas di pusat kenikmatan otak (nucleus accumbens) dibanding sinyal tubuh soal rasa lapar.
Artinya: gambar makanan bisa bikin kamu 'ngiler' bahkan saat kenyang.
2. Belanja karena Emosi, Bukan Kebutuhan
Fenomena ini dikenal sebagai emotional eating atau stress shopping. Saat stres, sedih, atau bosan, tubuh melepaskan hormon kortisol yang membuat kita mencari "pelarian"—dan makanan adalah salah satu yang paling mudah.
Menurut American Psychological Association (APA), 38% orang dewasa mengaku makan berlebih atau jajan saat stres—bukan karena lapar, tapi karena ingin merasa lebih baik.
Itulah kenapa kamu lebih sering beli boba saat badmood, bukan saat laper.
3. Sistem Reward Otak Lebih Cepat Aktif Ketika Impuls Terpenuhi
Ketika kamu mengikuti keinginan mendadak—misalnya beli makanan atau checkout barang tanpa pikir panjang—otak melepaskan dopamin (hormon “senang”). Tapi ini hanya sesaat.
Akibatnya:
Kamu merasa puas sebentar, lalu menyesal.
Makanan tidak habis, uang cepat habis, dan rasa bersalah datang belakangan.
Bahaya Lapar Mata (Bukan Cuma Berat Badan)
Dompet Boncos Tanpa Sadar
Beli sedikit demi sedikit, tapi sering. Lama-lama tekor.
Makan Berlebihan
Lapar mata bikin porsi makan membesar, meskipun tubuh nggak butuh.
Kesehatan Mental Terganggu
Muncul rasa bersalah, penyesalan, dan citra diri buruk setelah impulsif.
Food Waste Meningkat
Sering beli makanan karena lapar mata → makanan nggak habis → dibuang.
Cara Mengatasi Lapar Mata
Cek: Lapar Fisik atau Lapar Emosi?
Tanyakan: “Aku laper karena butuh makan, atau karena bosan/stres?”
Tunda 10 Menit Sebelum Beli Makanan
Biasanya setelah jeda, keinginan itu reda sendiri.
Jauhkan Diri dari Pemicu Visual
Batasi lihat konten mukbang, food porn, atau scrolling apps saat malam hari.
Minum Air atau Ngemil Sehat Duluan
Kadang tubuh salah mengenali rasa haus sebagai lapar.
Catat Pengeluaran Jajan dan Makanan
Dengan tahu berapa uang keluar karena lapar mata, kamu jadi lebih sadar.
Kesimpulan
Lapar perut adalah sinyal alami dari tubuh. Tapi lapar mata sering kali muncul karena emosi, kebiasaan, atau visualisasi yang menggoda.
Dan justru karena tidak disadari, lapar mata bisa lebih “berbahaya”—membuatmu jajan terus, boros, makan berlebihan, bahkan merusak mood dan dompet.
Bukan berarti kamu harus jadi anti-jajan. Tapi yuk, lebih sadar kapan kita benar-benar butuh makan, dan kapan kita cuma terpengaruh suasana.
Bijak ngatur impuls = sehat di badan, tenang di hati, aman di dompet.
Referensi:
Harvard Health Publishing. (2023). Why You Eat When You’re Not Hungry.
American Psychological Association. (2023). Stress and Eating: Emotional Triggers and Food Cravings.
University of Southern California Neuroscience Lab. (2022). Visual Food Cues and Brain Response.

0 Comments