Dalam beberapa tahun terakhir, kita sering mendengar orang bilang, “Maaf ya, lupa ngabarin.” Atau mungkin kamu sendiri pernah menunggu kabar dari seseorang, berharap ada pesan singkat yang masuk, tapi akhirnya cuma disambut sunyi. Di zaman serba cepat ini, komunikasi jadi lebih mudah—tinggal ketik dan kirim. Tapi anehnya, justru semakin banyak orang yang abai soal satu hal sederhana: ngabarin.
Padahal, ngabarin itu bukan cuma soal sopan santun atau basa-basi. Lebih dari itu, ini soal tanggung jawab, kepekaan, dan bentuk kecil dari kasih sayang.
Apa Itu Ngabarin?
Ngabarin itu sesederhana memberi tahu: “Aku sampai,” “Aku pulang telat,” “Aku nggak bisa datang,” atau “Aku lagi sibuk, nanti aku kabarin lagi.” Kalimat-kalimat pendek yang kadang diremehkan, tapi punya makna yang besar. Bagi orang yang peduli, kabar kecil itu bisa jadi penenang hati. Bukti bahwa kita selamat, bahwa kita menghargai waktu dan perhatian orang lain.
Ngabarin adalah bentuk kecil dari komunikasi yang sehat. Ia menunjukkan bahwa kita tidak hidup sendiri, bahwa keberadaan kita berdampak pada orang lain.
Kenapa Ngabarin Itu Penting?
- Memberi Rasa Aman
Kita tidak pernah tahu apa yang dipikirkan orang yang menunggu kabar. Bisa jadi mereka khawatir, bertanya-tanya, bahkan takut terjadi sesuatu. Dengan satu kabar sederhana, kita bisa menenangkan hati mereka.
- Tanda Kita Menghargai
Ngabarin juga bentuk penghargaan. Menghargai waktu, perasaan, dan kepercayaan orang lain. Apalagi kalau sudah janjian atau ada yang menunggu. Diam tanpa kabar itu bisa terasa seperti pengabaian.
- Melatih Kepekaan
Seringkali kita terlalu sibuk dengan urusan sendiri sampai lupa bahwa orang lain pun punya harapan dan kekhawatiran. Membiasakan diri untuk ngabarin adalah cara melatih diri jadi pribadi yang lebih peka dan bertanggung jawab.
- Mencegah Salah Paham
Banyak hubungan rusak bukan karena masalah besar, tapi karena komunikasi yang buruk. Ngabarin bisa mencegah salah paham, salah sangka, atau bahkan rasa sakit hati yang sebenarnya bisa dihindari.
Tapi Bukankah Ngabarin Itu Capek?
Iya, kadang rasanya sepele atau merepotkan. Tapi justru dari hal kecil itulah kita belajar menjaga hubungan. Ngabarin tidak butuh paragraf panjang—cukup satu dua kalimat yang tulus. Percayalah, itu bisa membuat perbedaan besar di hati orang yang menerima.
Ngabarin Adalah Bentuk Kasih Sayang
Ngabarin bukan soal “takut dikontrol,” tapi karena kita tahu, ada orang yang peduli. Karena perhatian itu bukan selalu tentang hadiah besar atau kata-kata puitis. Kadang, perhatian paling tulus justru hadir dalam pesan pendek: “Sudah makan belum?” atau “Aku telat sedikit, ya.”
Karena dalam dunia yang makin sibuk dan bising, kabar kecil bisa jadi satu-satunya yang membuat seseorang merasa dilihat, didengar, dan dihargai.