Kangen Masa Kecil Padahal Dulu Pengen Cepet Dewasa: Ironi yang Sering Kita Rasakan

Waktu kecil, banyak dari kita sering berkata:

"Aku pengen cepet gede, biar bebas…"

"Kalau udah dewasa pasti enak, nggak dimarahin lagi."

Tapi sekarang, setelah dewasa, kita justru sering diam-diam ingin kembali ke masa kecil.

Yang dulu kita kejar-kejar, kini jadi hal yang kita rindukan.

Dulu Kita Nggak Sadar Lagi Bahagia

Masa kecil itu sederhana:

Pagi bangun tinggal mandi dan main,

Makan tinggal ambil di meja,

Masalah hidup paling besar adalah PR atau rebutan remot TV.

Waktu itu kita nggak sadar, betapa nyamannya hidup dengan tanggung jawab yang minim dan tawa yang lepas.

Sekarang? Segalanya harus dipikir, harus ditanggung sendiri.

Kenapa Kita Pengen Cepat Dewasa Dulu?

Karena waktu kecil, yang terlihat dari dewasa hanyalah kebebasan.

Kita nggak melihat tagihan listrik, tekanan kerja, relasi yang rumit, atau overthinking sebelum tidur.

Dewasa terlihat menyenangkan karena tampak “berkuasa”.

Padahal, di baliknya ada banyak beban yang tak kasat mata.

Ironi Waktu yang Terbalik

Masa kecil adalah fase ingin cepat besar.

Dewasa adalah fase ingin waktu berhenti, atau kembali.

Ironi ini bukan cuma nostalgia, tapi cermin bahwa:

Kadang kita terlalu fokus ingin lebih, sampai lupa menikmati sekarang.

Kita merindukan masa lalu karena saat itu kita hidup lebih jujur dan apa adanya.

Pelajaran dari Rasa Kangen Itu

Nostalgia bukan berarti kita gagal move on.

Tapi mungkin, itu adalah cara hati mengingatkan:

Bahwa hidup bisa jadi lebih ringan, kalau kita mau kembali ke hal-hal sederhana.

Tertawa tanpa jaim,

Menikmati makanan tanpa hitung kalori,

Berjalan tanpa harus terlihat keren,

Tidur tanpa beban target besok pagi.

Penutup

Mungkin kita nggak bisa balik ke masa kecil.

Tapi kita bisa belajar dari caranya hidup.

Karena ternyata, bahagia bukan soal umur. Tapi cara kita menjalani hari.

Daftar Pustaka:

Suryani, N. (2022). Nostalgia dan Makna Kehidupan Dewasa. Bandung: Psikologi Hati.

Putra, R. (2023). “Kenangan Masa Kecil dalam Perspektif Psikologi Perkembangan.” Jurnal Psikologi Indonesia, 18(2), 112–123.

Hartati, S. (2021). Hidup Apa Adanya: Seni Menjalani Kehidupan Tanpa Tekanan. Yogyakarta: Sadar Diri Press.

Tags

Post a Comment

0 Comments
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.