Tapi… benarkah begitu?
Heboh yang Dipamerkan, Bukan yang Dirasakan
Kita hidup di zaman ketika segala hal bisa dibagikan ke media sosial.
Makan enak, traveling, nongkrong, pencapaian—semuanya mudah masuk ke layar orang lain.
Tanpa sadar, kita ikut merasa harus punya cerita yang seru, pencapaian yang besar, dan tampilan yang keren.
Padahal, nggak semua orang cocok hidup dalam keramaian.
Dan nggak apa-apa kalau hidupmu saat ini biasa-biasa aja.
Tenang Itu Bukan Bosan, Tapi Penuh Kesadaran
Tenang itu bukan berarti pasif.
Tenang bukan tanda kamu tidak berkembang.
Tenang justru bisa jadi tanda kamu sedang benar-benar hadir dalam hidupmu.
Hidup yang tenang itu:
Bangun pagi tanpa buru-buru,
Minum teh tanpa scroll medsos,
Baca buku atau dengar musik pelan,
Nulis jurnal atau merenung sejenak.
Semua itu bisa jadi bentuk kehidupan yang sangat kaya—tanpa perlu ramai.
Heboh Tanpa Arah Bikin Capek Jiwa
Kadang kita merasa hidup “kurang” karena terus membandingkan diri dengan orang lain.
Akhirnya, kita mengejar hal-hal besar bukan karena butuh, tapi karena takut tertinggal.
Lama-lama, hidup jadi penuh tuntutan.
Capek, tapi nggak tahu buat siapa.
Heboh, tapi hampa.
Menemukan Tenang yang Jujur
Tenang yang jujur itu bukan hidup tanpa masalah.
Tapi hidup yang nggak pura-pura kuat.
Hidup yang berjalan sesuai nilai diri kita sendiri.
Yang nggak harus selalu menghibur orang lain, tapi cukup mengisi diri sendiri.
Kadang, kebahagiaan itu muncul bukan dari hal besar, tapi dari hal-hal kecil yang kita nikmati secara sadar.
“Mungkin kita nggak butuh hidup yang heboh, tapi cukup hidup yang kita rasakan dengan utuh.”
Referensi:
Rahayu, E. D. (2021). Hidup Minimalis dan Kesehatan Mental: Gaya Hidup Sederhana untuk Jiwa yang Sehat. Jakarta: Psikologi Populer.
Ningsih, L. (2022). “Ketenangan Batin dalam Gaya Hidup Modern.” Jurnal Psikologi Kontemporer, 10(1), 45–56.
Kurniawan, A. (2023). Digital Detox dan Keseimbangan Hidup. Yogyakarta: Literasi Jiwa.